Jumat, 20 Agustus 2010

Wage Rudolf Supratman, Pahlawan Indonesia Penggubah Lagu Kebangsaan


Wage Rudolf Supratman adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, “Indonesia Raya” dan pahlawan nasional Indonesia. Supratman lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun. Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.
Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pendapat ini – selain didukung keluarga Soepratman – dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tigatahun, kemudian melanjutkannya keNormaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazahKlein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. DariMakassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik. W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak pernah mengangkat anak.

Indonesia Raya

Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir “Matahari Terbit” pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROMJalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.
Jiwa kebangsaan Supratman sangat tinggi. Rasa nasionalisme itu membuahkan karya bernilai tinggi yang di kemudian hari telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional.  Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan tanpa kata-kata. Hanya alunan biola Supratman.
Supratman adalah seorang pemain biola. Tapi ia juga seorang penulis. Ia pernah menulis sebuah buku yang menyatakan betapa ia tidak senang dengan penjajahan Belanda. Nama bukunya,Perawan Desa . Buku itu akhirnya disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda. Suatu hari, Supratman membaca sebuah tulisan di Majalah Timbul. Penulis tulisan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Semangat nasionalisme yang tinggi membuat Supratman merasa tertantang. Tahun 1924, lahirlah lagu Indonesia Raya.
Kongres Pemuda
Pada bulan Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda. Kalian sudah tahu kan dari kongers ini lahir apa? Sumpah Pemuda. Di Kongres Pemuda ini, Supratman memainkan lagu ciptaannya. Tepatnya pada malam penutupan acara tanggal 28 Oktober 1928 tersebut. Lagu yang sangat menggugah jiwa patriotisme itu dengan cepat terkenal di kalangan pergerakan nasional. Sejak itu, kalau partai-partai politik mengadakan kongres, lagu Indonesia Raya, selalu dinyanyikan. Ketika Indonesia sudah mencapai kemerdekannya, para pejuang-pejuang kemerdekaan menjadikan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Sayang sekali, Supratman sudah meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938. Ia tidak sempat mendengar lagu gubahannya dikumandangkan pada hari kemerdekaan Indonesia.
 Pahlawan Nasional
Jasa-jasa Supratman bukan hanya menggubah lagu kebangsaan kita. Ia adalah tokoh yang bisa membangkitkan semangat perjuangan dan patriotisme. Pahlawan Nasional yang satu ini adalah contoh bagus bagaimana musik pun bisa menyatukan dan membangkitkan semangat orang lain. Supratman meninggal dan dimakamkan di Surabaya tanggal 17 Agustus 1938. Setiap kamu mendengar lagu Indonesia Raya saat upacara, ingat pula lah Wage Rudolf Supratman Lagu kebangsaan Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan dalam Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928. Lagu tersebut dilantunkan di hadapan pemuda peserta kongres dengan iringan biola Wage Rudolf Supratman. Demikian sekilas penjelasan yang tertera di dinding Museum Sumpah Pemuda, tentang sejarah biola milik WR Supratman yang menjadi koleksi kebanggaan museum ini. Biola tersebut berada di ruang koleksi Kongres Pemuda Kedua, lengkap dengan foto serta diorama yang menggambarkan kondisi rapat pemuda pada tahun 1928. Kepala Museum Sumpah Pemuda Agus Nugroho mengatakan, biola tersebut memiliki nilai sejarah yang berkaitan dengan Sumpah Pemuda. “Biola ini menjadi alat musik pengiring saat lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada Kongres Pemuda kedua pada tahun 1928,” katanya. Biola tersebut diletakkan di salah satu ruangan di museum yang berlokasi di Jalan Kramat Raya Jakarta, lengkap dengan keterangan serta berbagai foto pendukung tentang sejarah alat musik tersebut.
Biola model Amatus itu memiliki panjang 36 cm, lebar sisi terpanjang 20 cm dan sisi terpendek 11 cm, serta tebal sisi terlebar 6 cm dan terpendek 4,1 cm. Adapun panjang leher biola tersebut 37,2 cm serta penggesek dengan panjang 71,2 cm. Di dalam tubuh biola tersebut, tertulis identitas serta alamat pembuatnya, yakni Nicolaus Amatus Fecit in Cremona 6. Biola dengan dua lubang berbentuk S di bagian tubuhnya tersebut terbuat dari tiga jenis kayu berbeda, masing-masing kayu Cyprus atau Jati Belanda, Maple Italia, serta Eboni. Menurut Agus, biola ini masih dapat digunakan dengan baik. “Biola ini pernah dua kali dimainkan oleh Idris Sardi saat peringatan Sumpah Pemuda pada tahun 2005 dan 2007,” katanya.
Koleksi Museum
Museum Sumpah Pemuda memiliki lebih kurang 2.867 koleksi yang berkaitan dengan perjalanan perjuangan pemuda Indonesia.Menurut Agus, bangunan museum yang sebelumnya merupakan pemondokan para pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagi daerah di Indonesia, masih berdiri sama seperti kondisi pada zaman dahulu.Bangunan utama dengan arstitektur kuno seluas 460 meter persegi, berdiri di atas lahan seluas lebih kurang 1.041 meter persegi. Ke-2.867 koleksi tersebut terdiri dari 35 bendera organisasi pemuda peserta Kongres Pemuda yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, vandel organisasi, belasan patung tokoh pemuda, serta berbagai dokumen perjuangan kepemudaan Indonesia. Ia mengatakan, koleksi-koleksi tersebut dipamerkan dengan penataan yang mengikuti kronologis peristiwa Sumpah Pemuda. Saat memasuki museum, pengunjung akan disuguhi dengan ruang pengenalan yang berisi tentang peta penyebaran organisasi-organisasi kepemudaan daerah, peta yang menunjukkan sejumlah lokasi digelarnya rangkaian Kongres Pemuda Kedua, serta patung dada sejumlah tokoh pemuda.
Ruang pamer selanjutnya berisi tentang sejarah pertumbunhan organisasi kepemudaan. Di ruang ini dipamerkan berbagai aktivitas pergerakan pemuda, seperti Perhimpunan Indonesia, Jong Java, Jong Sumatra, Jong Islamieten Bond, serta Kepanduan. “Di ruang ini juga dipamerkan berbagai peralatan Kepanduan yang digunakan pada sekitar tahun 1920,” katanya. Memasuki bagian dalam museum terdapat ruang Kongres Pemuda Pertama yang berisikan koleksi tentang berbagai kegiatan dalam kongres pertama, foto kegiatan serta cuplikan pidato yang disampaikan dalam kongres tersebut. Biola WR Supratman dipamerkan di ruang Kongres Pemuda Kedua. Berbagai foto serta keterangan yang berhubungan dengan kisah hidup pemuda kelahiran 1903 tersebut dipamerkan pada ruangan tersebut. Di ruang tersebut, kata Agus, dipamerkan pula diorama yang menggambarkan situasi saat dilaksanakannya pertemuan dalam Kongres Pemuda Kedua. Sementara pada tembok di bagian belakang diorama Kongres Pemuda Kedua dipasang lirik lagu Indonesia Raya versi asli yang diciptakan WR Supratman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar