Jumat, 26 April 2013

Innalillahi, ustadz Jefri Al Buchori Wafat Setelah Alami Kecelakaan


Kabar duka kembali menyelimuti negeri ini. Ustadz Jefri Al-Buchori atau biasa disapa Uje, meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan tunggal.
Sumber di twitter TMC Polda Metro Jaya menyebutkan  kecelakaan Uje terjadi di kawasan Pondok Indah Jakarta. Motor yang dikendarai Uje menabrak pohon yang mengakibatkan ustadz muda tersebut menghembuskan nafas terakhir.
“03:47 Kecelakaan Pemotor Kawasaki B 3590 SGQ di Jl. Gedong Hijau 7 Pdk Indah, korban meninggal dunia a/n Bpk Jefri Al Buchori,” demikian informasi twitter TMC Polda Metro Jaya, Jum’at (26/4/2013).
Selain itu, informasi dan ucapan belasungkawa juga disampaikan melalui akun facebook ustadz Arifin Ilham. "Inna lillaaahi wa inna ilaihi roojiuun, sesungguhnya semuanya milik Allah dan sesungguhnya semua kembali kepada Allah. Telah pulang ke Rahmatullah sahabat kita Ustadz Jefry AlBukhori, yg akrab kita panggil Uje. Allahummagfirlahu warhamhu...semoga Allah mengampuni semua dosa almarhum, memaafkan semua kesalahan almarhum...aamiin," tulisnya.
Hal yang sama juga beredar melalui SMS maupun broadcast blackberry messenger (BBM) yang berisi ucapan duka cita.
Dari informasi yang diterima, Shubuh tadi jenazah ustadz Jefri Al-Buchori sudah berada di perumahan Bukit Mas Narmada 3 Blok I, No. 11, Rempoa, Bintaro, Jakarta Selatan.
    Ustadz Jefri lahir di Jakarta, 12 April 1973. Ayahnya bernama Alm. H. Ismail Modal dan ibunya bernama Ustdzah Dra. Hj. Tatu Mulyana. Ustadz yang dikenal gaul dalam mengemas dakwahnya ini menikah dengan Pipik Dian Irawati pada 7 September 1999 dan dikaruniai tiga anak; Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, dan Ayla Azuhro

    Selamat jalan Ustadz Jefri, semoga amal ibadahmu di terima di sisi Allah SWT. Amien

    Senin, 17 September 2012

    Kisah Bashaer Menjadi Wali Kota Termuda di Dunia Selama 2 Bulan

    Jakarta Bashaer Othman, gadis Palestina berusia 15 tahun selama 2 bulan menduduki kursi wali kota Allar di Tepi Barat, Palestina. Awal mulanya, dia menantang wali kota yang menjabat untuk memberi kesempatan kepada kaum muda.

    "Saya menantang wali kota untuk memberi waktu seminggu menjabat wali kota, dan dia mengizinkan," kata Bashaer dalam kuliah umum di Kampus Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jaksel, Kamis (13/9/2012). Kuliah umum ini diikuti sekitar 50 mahasiswa. 

    Sang wali kota, tidak hanya memberi waktu seminggu, tetapi 2 bulan bagi Bashaer untuk memerintah. Sejak 2 Juli-2 September 2012, gadis berwajah manis yang duduk di kelas 1 sekolah menengah pertama di kota itu pun duduk sebagai wali kota.

    "Dan saya diberi waktu 2 bulan bersama 11 orang lainnya. Awalnya banyak kesulitan, tapi kami berusaha keras dan bisa membuktikan," terang Bashaer didampingi penerjemah. Bashaer menyampaikan kuliah dengan bahasa Arab.

    Dari apa yang dilakukannya, dia pun mengajak kaum muda Indonesia untuk berani tampil dan di segala bidang termasuk di ranah politik dan pemerintahan.

    Apa yang dia lakukan di Palestina, bersama rekan-rekannya itu kemudian membuka kesempatan yang lebih besar bagi anak-anak muda yang lainnya.

    "Kami ingin berbagi dengan kaum muda di Indonesia. Bagaimana kepemimpinan kaum muda Palestina bisa dipraktekkan di Indonesia. Kami menuntut pada pemerintah untuk mengizinkan para pemuda untuk mendirikan dan membentuk organisasi kepemudaan, dan pemerintah memfasilitasi untuk berkiprah secara nyata, bukan kumpul-kumpul biasa tetapi dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat," terang Bashaer yang datang ke Indonesia disponsori World Peace Movement ini.

    Saat memberikan kuliah, Bashaer yang mengenakan jilbab modis ini tampak percaya diri. Dia bercerita di depan para mahasiswa sambil duduk di depan dan didampingi Dubes Palestina. Hingga pukul 13.30 WIB, acara masih berlangsung.


    Sumber : detik.com

    Kamis, 12 April 2012

    Bocah Empat Tahun Memiliki IQ Albert Einstein

    Bocah berusia empat tahun bernama Heidi Hankins memiliki tingkat ineteljensi seperti Albert Einstein dan Stephen Hawking. Meski belum bersekolah, Hedi memiliki IQ 159 hanya satu poin di bawah dua peneliti tersebut.
    Heidi sudah dapat mengerjakan soal penembahan, pengurangan, menggambar bentuk, dan menulis dalam kalimat. Bahkan, ketika dia berusia dua tahun, anak jenius itu sudah bisa membaca buku untuk usia sekolah dasar.

    Ayah Heidi, Matthew, mengatakan, "saya membawanya satu set lengkap buku-buku Oxford saat berusia dua tahun. Dia berhasil membaca seluruh 30 rangkaian sekitar satu jam." Ia menambahkan, dia tidak dewasa sebelum waktunya. Dia hanya seorang gadis kecil yang suka Barbie dan Lego. Tapi kemudian Anda akan menemukannya duduk dan membaca buku.
    Heidi dianggap memiliki masa depan cerah karena ia memiliki IQ yang mengagumkan. Bahkan, Heidi kemungkinan besar sudah bisa masuk ke sekolah dasar. Namun, orangtua Heidi masih belum mau anaknya itu menemukan bakatnya sejak dini. Mereka beranggapan jika Heidi harus menemukannya sendiri saat waktunya tiba.

    Sumber

    Kamis, 07 April 2011

    Muhammad Alexander Pertz: Kisah Bocah Amerika Menemukan Islam dalam Buku

    ALEXANDER PERTZ dilahirkan dari kedua orang tua Kristen pada tahun 1990. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis, maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
    Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar azan.
    Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslim pun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Muhammad Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah SAW yang dia cintai sejak masih kecil.
    Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut balik bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran?”
    Wartawan itu berkata: ”Tidak.” Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
    ....Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun....
    Bocah itu kembali berkata, ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian?” dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram? Apakah pakaian ihram tersebut mahal? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami?”
    Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (serban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan azan sebelum dia shalat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian shalat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu shalat.”
    Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja?” dia diam sesaat kemudian menjawab.
    Bocah itu diam sesaat, kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam.”
    ....Segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam....
    Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan?”
    Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
    ”Apa cita-citamu?” tanya wartawan
    Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku ingin haji ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
    ”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut?” tanya wartawan lagi.
    Ibu Muhammad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata: ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
    Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
    Kemudian Muhammad meneruskan, ”Aku sudah menabung dengan mengumpulkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Aku mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
    ....Aku sudah menabungkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar....
    Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
    ”Apakah cita-citamu yang lain?” tanya wartawan kepada sang bocah.
    “Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka,” jawab Muhammad.
    Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka dia pun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
    Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
    ....Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, menghafal Al-Quran, dan belajar di negeri Islam....
    ”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain?” tanya wartawan lagi.
    Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al-Quran.”
    “Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam?” tanya wartawan
    “Tentu!” tukasnya.

    ”Apakah engkau memiliki kesulitan dalam hal makanan? Bagaimana engkau menghindari daging babi?”
    Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Akusangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku bilang kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”

    ”Apakah engkau shalat di sekolah?”
    ”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan. Aku shalat di sana setiap hari,” jawab Muhammad.

    Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan, “Apakah engkau mengizinkanku untuk mengumandangkan azan?”


    Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan azan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan azan. Subhanallah!!